Jumat, 19 Agustus 2016

Review Mirror Edge
Perusahaan Digital Illusion (EA DICE) termasuk perusahaan yang sangat beruntung, dimulai dari pembuat game-game sederhana seperti pinball pada awal 90-an sampai menjadi pengembang yang disegani berkat talenta dan kemampuan membidik pasar yang tidak dimiliki perusahaan lain. Bahkan beberapa game buatan DICE masih dimainkan orang sampai saat ini.DICE membuat game terakhir yang memiliki gaya permainan nan unik yang belum pernah diterapkan pada game apapun.

Nama game tersebut adalah Mirror's Edge, game ini sangat unik dan karena keunikan yang dimilikinya terkadang kita akan mengalami kesulitan ketika baru memainkannya pertama kali. Bayangkan saja sendiri, kita harus melakukan gerakan parkour seperti pada game Assassin Creed, bedanya kita melakukannya dalam sudut pandang orang pertama dalam lingkungan yang penuh dengan gedung-gedung pencakar langit dengan warna dominan putih, biru, hijau, merah dan kuning.
Dalam game ini kita berperan sebagai seorang pengantar berita ilegal di dunia Mirror's Edge yang disebut sebagai runner. Pemain akan memerankan tokoh Faith, seorang runner wanita yang memiliki masa lalu misterius. Sebagai seorang runner kita memiliki kemampuan untuk melewati beragam halangan dan menjadikan gedung-gedung bertingkat sebagai sebuah arena yang harus ditaklukkan. Pada intinya, kita harus berlari dari poin A ke poin B sambil melompati gedung-gedung bertingkat dan beragam rintangan lainnya seperti kawat berduri atau pagar beraliran listrik tegangan tinggi. Setelah terbiasa dengan beragam level yang disuguhkan, lama-kelamaan kita akan memiliki jalur sendiri untuk melewati segala halangan ataupun rintangan di atas gedung-gedung raksasa. 

Sangat sulit untuk mengungkapkan perasaan yang dirasakan ketika bermain sebagai Faith. Sudut pandang orang pertama yang dipilih oleh DICE membuat dunia yang dilihat oleh Faith tertangkap dengan jelas dan malah cenderung seperti sebuah game virtual reality. Sebuah virtual reality yang berbahaya tentunya. 
Sebenarnya desain Mirror's Edge tidak sepenuhnya sempurna. Dengan minimnya corak dan bentuk gedung-gedung yang ada di sekitar Faith, lambat laun kebanyakan pemain akan merasa bosan dan jenuh. Apalagi DICE mewarnai semua obyek yang bisa dipakai untuk berinteraksi dengan warna-warna mencolok seperti merah dan kuning sehingga menyebabkan rute perjalanan mudah ditebak dan membuat pemain malas bereksperimen dengan lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar