The Raid 2:Berandal

Gareth Evans selaku sutradara benar-benar menuntaskan janjinya menciptakan film aksi dengan konflik serta drama yang kelam dalam film ini. Itu terbukti, dibanding The Raid 1 yang 'hanya' menampilkan serangan polisi elite ke sarang gerbong narkoba, The Raid 2 menampilkan lebih dari itu. Pertarungan besar di penjara, intrik kotor para politisi dan mafia sadis, perebutan kekuasaan ayah-anak, kejar-kejaran mobil yang dahsyat, sampai adegan seorang cewek cantik membunuh sekelompok orang dalam kereta dengan merobek tubuh lawannya dengan dua biji palu. Brutal!
Gareth membuka cerita dengan kelam menggambarkan lanjutan hubungan Rama-Indra, adik-kakak yang dipisahkan ideologi, setelah kejadian akhir pada The Raid 1. Sebuah adegan yg tampak berhasil membuat penonton memekik tertahan dengan muncratan darah yang 'untungnya' lolos dari hadangan sensor. Juga dengan konflik dingin ayah anak mafia yang berendus pada ambisi besar Uco (Arifin Putra) yang sangat bernafsu mengambil alih kekuasaan ayahnya, Bangun (Tio Pakusadewo) untuk menguasai Jakarta. Lalu ada sosok Bejo (Alex Abbad) gangster muda yang tenang, cerdas, dan licik, yang pada akhirnya adalah kunci dalam cerita ini.
Semuanya mampu diramu dengan baik oleh Gareth dalam dongengnya kali ini. Gareth tampak sabar mengurai benang kusut yang disebarnya di awal sketsa dan membuat penonton berkali-kali bilang "wah ternyata..." pada setiap stage alurnya.
Namun semua tak akan berjalan baik jika tak ada sokongan kamera yang menawan dari duo DOP film ini. Koreografi yang disiapkan 3 tahun lebih betul-betul ganas dalam rekaman kamera film ini. Duel di penjara, di kereta, sampai pertarungan kampret Iko vs Cecep Arif Rahman itu betyl-betul bikin gw terperangah. Namun yang paling fenomenal adalah adegan kebut-kebutan di jalan, yang ngehancurin satu halte busway, hancur beneran, sumpah! Gw udah liat video Behid The Scene-nya ternyata betul-betul pengambilan kamera untuk adegan ini direncanakan dengan sangat matang. Bahkan syutingnya aja lebih dari sebulan, padahal adegan di filmnya mungkin cuman sekitar 15 menit.
Score yang mengaum di sepanjang film juga semakin menambah kelam film ini, ada bercokol scoring musik film Tron : Legacy di dalamnya yang sudah jadi ajian pamungkas Gareth untuk memunculkan aura megah dalam film berbudet 60 miliyar ini.
Sebagai film aksi dunia terbaik sepanjang masa, The Raid 2 tentu gak mau kalah sama prekuelnya. Koreografi yang dirancang khusus oleh Iko Uwais dan Yayan Ruhian ini jauh lebih banyak dibanding The Raid Redemption. Jauh lebih ganas? pasti. Jika di The Raid 1 kita menilai adegan paling sadis adalah ketika Rama membunuh Mat Dog menggunakan pecahan bohlam, maka di sini kita akan merinding melihat Julie Estele merobek muka musuhnya menggunakan ujung lancip belakang kepala palu. Kita juga melihat adegan koreogrefi pertempuran keren di penjara antara ratusan narapidana dan sipir yang beradu nyali di atas lumpur tebal dan luas. Gw sendiri gak bisa ngebayangin gimana gilanya si Iko ngebikin koreo perkelahian ratusan orang sekaligus itu. Dan tentu saja adegan fighting terbaik ada dua menurut gw, Iko melawan Julie Estelle & Cowok bersenjata pemukul basebaal (entahlah gw lupa namanya), serta pertarungan Iko vs Cecep Arif Rahman yang kampret bikin deg-degan itu. Gw yakin kalau Jackie Chan nonton adegan laga yg mencengangkan di film ini ia mungkin akan ngerasa minder. Bahkan para penggiat film Hollywood menyatakan bahwa gak akan ada yang bisa menandingi bahkan menyamai ke"kampretan" koreografi laga silat asli Indonesia milik The Raid 2 ini. Gw sepakat, adegan laganya bener2 bangs*t gila!!!! Film Jacky Chan mah gak ada apa-apanya.
Untuk departemen akting, Iko mungkin beberapa tingkat lebih berkembang dibanding The Raid Redemption atau Man of Thai Chi. Jika di 2 film tersebut ia jarang mendapatkan porsi untuk berakting selayaknya aktor besar (mimik muka dan dialog) dan cenderung cuman gebukin orang. Namun di film ini, Iko membuktikan dirinya bukan cuman sekedar jago ngehancurin muka orang. Meski ada beberapa dialog yg dia ucapin terlalu cepet, namun gw rasa dia udah sangat maksimal.
Tio Pakusadewo yang didaulat menjadi bos mafia bernama Bangun, Singa Tua yang lelah, nampaknya menurut gw masih belum bisa menampakkan aura sedingin yang ditampilkan Ray Sahetapi di film pertama. Mungkin ini sesuai dengan keinginan Gareth yang menciptakan karakter Bangun sebagai mafia yang lelah. Namun masih saja menurut gw, dia kurang buas. Masih kalah sama Sosok Tama (Ray Sahetapi) dalam The Raid 1 saat bilang "....Dan selamat bersenang-senang." dengan dinginnya, gw aja merinding denger itu. Tapi Tio sudah berbuat maksimal, setidaknya ia sudah mampu membuat gw merekam karakternya sebagai singa tua yang lelah.
Oka Antara mungkin adalah karakter yang paling gak gw mengerti fungsinya di film ini selain sebagai tangan kanan Bangun. Namun di ujung kisah, kita akan tahu, apa sebenarnya peran dari orang ini. Yayan Ruhian adalah idola gw! Terutama karena dengan penampilannya yang udah mau nyaingin Joko Bodo dan berhasil ngawinin Marsha Timothy (yang sumpah gw gak nyangka dan memorable banget). Pembunuh bayaran yang mati dengan kesepian sambil memegang erat foto anak tercintanya. Julie Estelle, meski gak kebagian dialog, namun penampakkannya yang sadis ngerobek tubuh musuh pake palu kayak ngerobek bungkusan kebab berhasil bikin gw menggeleng-geleng takjub, cantik tapi brutal.
Dan ada juga aktor pendatang baru, Cecep Arif Rahman, yang menggantikan porsi Mat Dog di film pertama adalah lawan tertangguh bagi Rama. Jika Prakoso (Yayan Ruhian) mampu menghadapi 20 orang sekaligus, makan Cecep mampu membunuh Prakoso tidak kurang dari satu menit. Dia hadir nyaris tanpa dialog, hanya dengan tatapan tajam bernada sinis dingin yang bikin gw berpikir buat ketemu suzanna aja ketimbang dipelototin ama dia. Selain itu juga ada aktor gaek Cok Simbara, polisi bersih, yang juga atasan Rama yang gak banyak diceritakan adegannya di sini, yg bikin gw geli adalah saat dia ngomong dengan kata ganti "gue, saya, aku, elu" secara gak konsisten. Tapi dialah dalang dari masuknya Rama dalam kekacauan ini. Juga ada Bejo yang diperankan oleh Alex Abbad, gangster muda yang tenang, yang sejujurnya adalah incaran rama dari awal. Akting Alex Abbad memang tak dapat diragukan, ia adalah kunci dari kebrutalan para gang ini, sekaligus aktor utama permainan kotor yang melibatkan para elit negeri. Kesuksesan akting Alex Abbad tergambar jelas ketika dia senyum aja gw bawaannya mau nimpuk layar bioskop pake sendal. Selain nama-nama di atas juga ada tridente asal Jepang yang di seri ini gak terlalu maksimal kemunculannya, padahal gw berharap lebih, seperti misalnya jika saja ada adegan mereka menculik Maria Ozawa untuk menyogok Iko Uwais agar gak membunuh mereka. Tapi gw yakin, melihat ending film kedua ini, trio mafia Jepang ini akan menjadi amunisi utama dalam film The Raid 3 yang udah disiapin Gareth Evans.
Dan juaranya tentu saja adalah Arifin Putra yang menjelma menjadi karakter Uco , putra semata Bangun, yang memiliki ambisi besar untuk menggantikan ayahnya sebagai bos mafia besar, namun karena ambisinya tersebut ia malah terlihat bodoh dimanfaatkan sama orang2 yg bermaksud buruk sama bokapnya. Yup! Arifin Putra dengan tak disangkal lagi adalah penampil terbaik di pertunjukkan ini, gayanya yang sok kuasa, temperamen, ceroboh, ambisius, dan merasa hidupnya tak lebih dari sekedar anak papi yang berlindung di bawah ketek bokapnya berhasil dibawakannya dengan tanpa cela. Dan menjelang ending, kalian akan melihat adegan Arifin Putra yang begitu keren yang bikin kalian akan berpikir untuk mengutuknya menjadi batu ginjal. Aplause memang pantas diberikan untuknya.
Memang ada juga yang kecewa dengan The Raid 2 ini, apalagi jika mereka yang membandingkan dengan The Raid 1. Parameternya jelas berbeda. The Raid 2 memang terkesan agak kelam dan berplot lamban karena mengusung drama serta konflik yang gak cuman gebukin orang kayak The Raid 1. Selain itu kesuksesan luar biasa yang di raih film pendahulunya itu membuat The Raid 2 cukup terbebani. Namun, buat kalian yang mau nonton, gak usah pikirin hal itu. Gak usah dibanding-bandingin sama yg pertama, karena gw udah bilang, yg pertama konfliknya hanya 1 sedangkan yang ini konfliknya berlapis, ya wajarlah Gareth harus pelah-pelan membuka benang kusutnya agar penonton mudah mengerti jalan ceritanya. Selain itu The Raid 2 emang dihadirkan untuk menyambut film terakhirnya : The Raid 3 yang mungkin akan rilis 2016 mendatang.
The Raid 2 ini jelas lebih brutal, lebih banyak darah, lebih banyak usus terburai, dan sebagainya. Kalau itu saja belum cukup, maka akan ada adegan wajah ditempel ke penggorengan restoran Jepang yang lagi menyala, dan kalian akan lihat kulit manusia melepuh total mengerikan. Tapi adegan tersadis menurut gw (bahkan gw sedikit menutup mulut gw) adalah ketika cewek secantik dan sebening Julie Estelle dirobek lehernya sama Iko Uwais pake palunya sendiri.
Dan ada juga kejutan dari penampakkan Epy Kusnandar (komedian yg biasanya jadi penghulu dan pernah jadi satpam di sitkom Suami-suami takut istri), Epy di sini (hebatnya) berakting serius sebagai bos kaset por*o ilegal menyerang gangnya Bangun dan Rama menggunakan senjata api sambil mengenakan kaos kutang! gak selesai sampai situ, ia juga terlibat duel satu lawan satu tanpa senjata lawan Iko Uwais yg punya badan sixpack! Kalian akan lihat tubuh kurus komedian ini dihajar Iko pake berbagai benda di sekitarnya sampe belepotan darah dan mukanya hancur! sadis!
So! Film ini memang gila, film Indonesia (bahkan dunia) tergila yg pernah gw tonton. Brutal! Darah muncrat, muka hancur, wajah melepuh, usus terburai, leher robek, bahkan wajah yang penyok dipukul pake stik baseball bener2 ditampilkan tanpa sensor. Makanya yg nonton mesti kuat iman, kuat mental, dan bukan penggemar Farhat Abbas.
Tapi ada satu hal yang menggenaskan, masih ada orang tua yang ngajak anaknya yg masih di bawah umur buat nonton film ini. Jadi tolong dgn sangat buat kamu yg nonton, jangan bawa anak kecil. perlu kedewasaan untuk mencerna adegan kekerasaan tanpa batas yang ditampilkan film ini. Tadi aja di 21 palma gw lihat ada anak kecil dibawa ortunya nonton. Gw bakal ngetag catatan ini ke akunnya 21 palma, agar lebih ketat menyeleksi penonton yang masuk ke studio. ingat sekali lagi : JANGAN BAWA ANAK DI BAWAH USIA 17 TAHUN MENONTON FILM INI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar