Kamis, 08 September 2016

Inside Man
Review Film - The Inside Man
Nama Spike Lee sebagai sutradara sebuah film akan mulai kuperhatikan semenjak sekarang. Maklum saja, The Inside Man adalah film yang paling memuaskan yang saya tonton hingga tengah tahun ini. Jalan ceritanya begitu solid dengan mengandalkan adu akting antara para pemainnya tanpa perlu dijejali adegan aksi beragam rupa. Maklum, karena ada tiga bintang besar beradu di sini (dan ada banyak juga yang tampil sebagai karakter pendukung).

Segalanya diawali dengan hari sibuk biasa di sebuah bank. Ketika semua orang tengah sibuk dengan transaksi mereka, mendadak saja ada empat orang yang datang dengan membawa senjata dan merampok bank tersebut. Alih-alih mengambil uang dan langsung meninggalkan tempat itu, mereka justru menjadikan 50 orang lebih dalam bank tersebut sebagai sandera. Jelas kepolisian menjadi panik dan langsung menerjunkan sebuah tim untuk menangani situasi tersebut.

Selagi berunding dengan para teroris yang menguasai tempat itu, perlahan demi perlahan makin banyak kejanggalan. Para teroris tersebut menuntut permintaan yang berlebihan dan absurd seperti penyediaan pesawat jet dan bus sebagai angkutan para sandera. Penyelidikan para polisi makin diperkeruh dengan turut campurnya Arthur Chase (sang pemilik bank yang disandera) karena kepentingannya sendiri. Apa yang sebenarnya adalah perampokan bank berkembang menjadi peristiwa penyanderaan - dan mungkin lebih dari sekedar itu.

Film ini adalah salah satu film heist terbaik yang pernah saya nikmati selama bertahun-tahun. Digarap dengan serius ditambah berbagai intrik di sana-sini dalam jalan ceritanya membuat saya berusaha menebak-nebak sepanjang film mengenai arah ceritanya (dan ini adalah satu dari sedikit film yang plintiran filmnya membuat saya tertipu). Plot yang menarik ini diperkuat juga dengan permainan ketiga aktornya yang padu. Beberapa kali ketiga aktor utama film ini saling beradu akting dan menampilkan performa yang kuat. Washington dan Foster, Foster dan Owen, Owen dan Washington diberi kesempatan yang sama untuk saling menunjukkan kualitas aktingnya (Foster sedikit kecil tetapi tetap mampu mencuri perhatian tiap diberi kesempatan). Satu-satunya yang saya sayangkan hanya Dafoe yang perannya terbilang minim bahkan untuk disebut sekedar sebagai peran pembantu.

Kendati demikian, The Inside Man bukannya tidak memiliki kelemahan, beberapa teman saya mengeluhkan pace cerita yang bergerak terlalu lambat dan sedikitnya adegan action yang ada. Mereka yang terbiasa dengan adegan laga atau rencana heist sinting-sintingan ala Ocean Eleven misalnya, mungkin akan kecewa melihat heist dalam film ini yang berkesan sangat sederhana (namun di mata saya sekaligus membuatnya terlihat real). Akhir kata, film ini bukan untuk dinikmati oleh semua orang. Bagi kalian yang menggemari film yang memerlukan otak anda untuk berpikir niscaya akan menggemari film ini. Sebaliknya, mereka yang lebih menggemari film bertema action sebaiknya menghindari film ini ketimbang ketiduran saat menontonnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar